Setelah sekian lama akhirnya saya mendapatkan film ini, merupakan kisah yang menarik untuk diceritakan karena memiliki alur khas dari film Marvel yang membahas setiap alur ceritanya dari masa lalu yang diimbangin dengan tujuan di masa depan. kisahnya dimulai pada
tahun 1944, X-Men: First Class akan
mengisahkan masa lalu kelam dari Erik Lensherr (Bill Milner) dan ibunya yang
menjadi korban tawanan pihak tentara Jerman di Auschwitz semasa Perang Dunia
II. Dalam satu kesempatan, ibunya bahkan tewas di hadapan Erik akibat perbuatan
Sebastian Shaw (Kevin Bacon),
salah seorang ilmuwan Nazi yang juga merupakan pimpinan kelompok Hellfire Club,
sebuah kelompok yang memiliki rencana untuk mengambil alih dunia. Kematian
ibunya itulah yang secara perlahan menumbuhkan sifat kelam di dalam diri Erik
sekaligus dendam yang begitu kuat.
Hampir dua dekade kemudian, Erik
dewasa (Michael Fassbender), yang merupakan seorang mutan dengan kekuatan dapat mengendalikan
setiap benda yang terbuat dari bahan metal, memulai perburuannya terhadap Shaw
dan orang-orang yang yang telah memperlakukan dirinya serta ibunya dengan
begitu buruk. Erik kemudian bertemu dengan Charles Xavier (James McAvoy), seorang mutan dengan kemampuan dapat membaca jalan
pemikiran orang lain, serta Raven (Jennifer Lawrence), mutan yang dapat
mengubah bentuk tubuhnya menjadi apapun yang ia inginkan. Atas persamaan yang
mereka miliki, Erik dan Charles kemudian membentuk sebuah persahabatan yang
sangat erat.
Jalan Erik untuk dapat membunuh Shaw datang ketika agen
rahasia CIA, Moira McTaggert (Rose Byrne), datang kepada mereka dan meminta
bantuan untuk menangkap Shaw. Agen McTaggert sendiri mencurigai bahwa Shaw
sedang menyusun rencana untuk mengadu domba hubungan Amerika Serikat dan Rusia
dengan harapan agar terjadi Perang Dunia III. Erik dan Charles, bersama dengan
Raven, kemudian merekrut para mutan lainnya yang dapat mereka temukan untuk
membentuk sebuah kekuatan yang lebih kuat dalam melawan Shaw – yang juga
merupakan seorang mutan dan telah memiliki pasukan mutan sendiri untuk
mendukung pergerakannya.
Menceritakan kembali kisah masa
lalu dari Professor X dan Magneto yang nantinya akan memimpin dua kubu yang
saling berseteru, X-Men: The First Class juga memperkenalkan beberapa mutan
yang sebelumnya belum pernah ditampilkan dalam seri-seri X-Men sebelumnya.
Beberapa diantara mereka, seperti Azazel (Jason Flemyng) dan Alex Summers/Havok
(Lucas Till) mampu tampil cukup istimewa dengan kekuatan yang mereka miliki.
Dari seluruh jajaran pemeran pendukung yang ada, Jennifer Lawrence mampu tampil
meyakinkan dengan chemistry yang ia ciptakan dengan James McAvoy
dan khususnya dengan Nicholas Hoult yang memerankan Henry McCoy/Beast.
Dari para pemeran karakter utama,
rasanya penonton tidak akan dapat menemukan talenta yang lebih baik untuk
memerankan karakter Charles Xavier dan Erik Lensherr daripada James McAvoy dan
Michael Fassbender. Keduanya mampu dengan baik menghidupkan karakter yang
mereka perankan sekaligus memberikan sebuah sentuhan baru (dan lebih segar,
tentunya) dari apa yang selama ini telah diberikan oleh aktor Patrick Stewart
dan Ian McKellen dalam seri-seri X-Men sebelumnya. Sebagai pemeran antagonis,
Kevin Bacon juga tampil luar biasa dingin. Ini yang membuat karakter yang ia
perankan terlihat begitu menakutkan terlepas dari kelakuan dan perkataannya
yang ditampilkan dengan sangat tenang.
Jajaran departemen X-Men: First Class bukannya
sama sekali tidak tanpa masalah. January Jones yang berperan sebagai Emma Frost
dapat dikatakan sama sekali tidak memberikan penampilan yang berarti. Begitu
pula dengan Zoe Kravitz yang memerankan Angel Salvadore yang terlihat kaku pada
kebanyakan penampilannya. Kebanyakan akting yang terasa kurang memuaskan ini
sendiri bukannya hadir karena kekurangmampuan para pemeran untuk menghidupkan
karakter mereka. Poin-poin lemah tersebut seringkali muncul karena karakter
yang mereka dapatkan kurang mendapatkan penggalian yang begitu dalam akibat
jalan cerita yang lebih berfokus pada karakter Charles Xavier dan Erik
Lensherr.
Sutradara X-Men: First Class, Matthew Vaughn, harus diakui memiliki sentuhan yang cukup ampuh dalam
menangani setiap film-film bertema superhero. Setelah
dipuji banyak kritikus film dunia lewat Kick-Ass (2010), Vaughn berhasil kembali
membawa penyegaran pada jalan cerita franchise X-Men.
Vaughn menghadirkan X-Men: First Class sebagai sebuah penceritaan yang
berjalan cepat, penuh dengan adegan aksi yang cukup memukau namun tidak
melupakan kehadiran sisi emosional dari kisah drama yang ditawarkan. Beberapa
masalah mungkin datang dari ritme penceritaan yang beberapa kali terasa kurang
begitu stabil, namun secara keseluruhan, Vaughn berhasil menciptakan X-Men: First Class sebagai
sebuah film yang cukup menyenangkan.
http://amiratthemovies.wordpress.com/2011/09/24/review-x-men-first-class-2011/